Crito Meduroan

CERITA ORANG MADURA (1)

DI BUS KOTA

Satu hari seorang madura yang berasal dari kampung pergi ke kota,
Sesampai di kota dia ingin berkeliling kota dengan naik bus kota,
"Wah ramai juga kota, enak kali kalau lan - jalan ke kota naik a bis...
(dengan logat maduranya yang kental dia bergumam dalam hati).


Singkat cerita dia sudah berada di atas bus kota yang penuh dengan penumpang, maklum masih hari kerja. Dia kebagian duduk di bangku belakang. Dia melihat ke kanan dan keiri sambil memperhatikan cewek cantik di sebelahnya.
" Wah cewek kota tik cantik ya, harum lagi baunya, dalam hati dia melamun sambil menggeser tempat duduknya agar bisa lebih dekat cewek tersebut.
" Tamrin-Tamrin..."teriak kenek bus, langsung membuyarkan lamunan nya..
"Waduh keras kali tu orang manggil nama...
Bus berhenti dan dia liat ada dua orang turun.
"Wah pak Tamrin ada dua ya di bus ini..." begitu gumamnya..Bus pun melaju lagi...


Sepuluh menit kemudian, kenek teriak lagi, Sudriman, sudirman...",
Sekarang turun lima orang...
Dalam hati orang madura ini ketawa,
"Ha ha ha, gimana sih orang kota ini, kok gak kreatif
Ngasih nama kok banyak samanya....apa gak ada yang lain...," begitu seterusnya..

Penumpang sudah mulai sedikit, dan dia mulai khawatir, kok gak dipanggil panggil...
Selanjutnya si kenek teriak lagi bulus bulus....",
Lalu turunlah semua orang ya laki ya perempuan....
"Walah ini makin parah orang kota, masak namanya bulus, ada cewek ama cowok lagi, kacau inih...dalam hatinya..."
Dia baru sadar setelah tahu hanya tinggal dia sendiri yang didalam bus, dan bus mulai menepi mencari parkir,..
Dengan takut takut dia bertanya kepada kenek..
"Pak-Pak kok nama saya gak disebut pak, kapan saya turunnya....???
Si kenek terkejut dan bingung hahhh!!!
(sumber anonim)


2cipta,9-3-10

CERITA ORANG MADURA (2)

BECAK DAN MAHASISWA


Di satu masa hiduplah seorang mahasiswa perantauan yang kuliah di sebuah universitas negeri di kota kecil. Dia berasal dari ibukota yang nasibnya nyantol di PTN kecil tersebut. Kondisi kampus yang sangat luas, menyebabkan dia harus berjalan jauh untuk menuju kampusnya apalagi ke perpustakaan. Pada suatu hari karena ada tugas yang sangat penting sementara dia tidak punya buku, berangkatlah dia keperpustakaan kampus yang jaraknya satu kilometer.
" Wah jalan jauh, badan capek lum makan siang lagi, naik apa ya ke perpus?" (dia ngedumel dalam hati).
Tiba-tiba melintas di depannya seorang tukang becak.
"Kebetulan nih, naik becak ah pasti asik dan murah",
"Becaakkkkk!"..teriaknya memanggil becak yang sudah melewati dirinya.
Crittttttttttttt...bunyi rem becak karena tukang becak terkejut mendapat panggilan dari calon penumpang,
Weettt, wusss dalam sekejap becak itu udah ada didepannya.
Busyet....hebat kali ni abang becak, katanya...

"Becak pak", katanya..
"Boleh mas mari naik....
tanpa ba bi bu, mahasiswa ini nangkring di atasnya.
"Oh iya lupa, berapa pak ongkosnya?

Kemana Mas?,...tanya si tukang becak.
"Ke Perpus Pusat Pak"
"Lima ribu mas!...jawab tukang becak.
Mahal sekali pak?...kata si mahasiswa
"Itu Sudah biasa Mas, ini kan sedang inflasi!"
(Edan...gaul juga nih tukang becak tahu inflasi, pasti dia punya hp cina yang ada tv nya sehingga bisa update berita, gumamnya dalam hati)
" Kurang dong pak!, kan dekat, pintanya.
"Gak bisa mas, nanti saya defisit....kata sih tukang becak berargumen..
"Tahu saya pak, tapi perpus dekat kan dan kelihatan!" sergahnya
Mungkin udah dongkol si tukang becak, yang asli madura ini, lalu dia menjawab...
"MATAHARI juga kelihatan Mas!"
Si Mahasiswa bengong dan menjawab ...iya ya...
Jadi kagak ini mas....? tanya si tukang becak.
Ya udah pak, jadi, saya kalah argumen, Bapak yang menang....
(sumber:anonim)

2cipta 10-3-2010


CERITA MADURA VS JAWA

Alkisah hiduplah seorang perantau dari Yogjakarta di sebuah kota kecil di Jember Jawa Timur. Dia berjualan bakso keliling dan mengontrak rumah kecil di sebuah kampung di ujung gang sempit. Di kampung yang mayoritas madura ini, si Budi, sebut saja begitu mencoba untuk bergaul dan berbaur dengan warga sekitar. Karena perbedaan budaya dan latar belakang bahasa, si budi awalnya kesulitan dalam berkomunikasi dengan warga sekitar. Maklum hampir semua warga disitu menggunakan bahasa Madura sehari-hari dan jarang yang bisa berbahasa Indonesia. Namun si Budi berusaha keras belajar dan komunikasi dengan bahasa Madura..
"Ah ini kan bahasa, "pasti saya bisa bahasa Madura...Masak kalah dengan anak kecil-kecil itu. Yang belum sekolah aja sudah bisa cas cis cus dalam bahasa Madura, Eh malh kemarin anak baru lahir "ceprot" nangisnya sudah bahasa Madura!" saya kan lulusan SMU Persamaan, pasti bisa",begitu gumamnya dalam hati.
Dan benar saja dalam waktu yang tidak terlalu lama, si Budi sudah menguasai beberapa kosa kata dasar percakapan dalam bahasa Madura...
Satu hari, tetangga si Budi, sebut saja Brodin, yang asli orang Madura, namun masih bisa bahasa Indonesia, sedang menggali sumur di samping rumah, karena sumur lama entah karena apa tidak mau lagi menghasilkan air.
"Lagi gali apa Pak?", tanya si Budi
"Lagi gali sumur dik!", udah tahu kok nanya!", begitu jawabnya, membuat si Budi terkejut.
"Berapa dalamnya pak?"
"Waduh kalau itu hanya Tuhan yang tahu dik!"
"Loh, kok Tuhan Pak?" si Budi bingung
"La iya dik, kan saya gak tahu berapa meter akan keluar air. Kemarin si Kadir buat sumur, 5 meter keluar air, lalu pak haji Amir gali sumur, 10 meter baru keluar air, nah yang ini, masih tanda tanya besar dik" jawab Brodin
(Busyet nih bapak ngomongnya, Budi bergumam)..."
Brodin terus menggali, tapi lama kelamaan dia kebingungan sepertinya mencari sesuatu.
"Lagi nyari apa Pak?", tanya si Budi
"Ini dik, akik saya hilang, kan tadi di tangan, sekarang gak tahu dimana!"
"Mungkin di dalam sumur Pak!", budi menunjuk ke dasar sumur yang tadi digali.
Lalu Brodin turun ke dalam sumur..
"Enten Pak?" tanya si Budi
"Akik Dik!" jawab Brodin
"Iya, enten Pak?" tanya si Budi lagi
"Akik Dik" jawab Brodin lagi...
"Tahu, akiknya enten Pak?..
Brodin kesal lalu teriak
" Ini akik dik bukan enten, Saya Gak punya duit tuk beli enten mahal tahu.......!!!!"
"Hrrgghhh!' si Budi baru sadar kalo ada salah paham...
Oh iya pak Maaf Pak!

(note: Enten dalam bahasa Jawa=ada)
Enten dalam bahasa Madura=Intan)

sumber:pur campur